Ilustrasi: Piqsels.com
Setiap jejak langkah yang ku telusuri mengarahkanku pada satu tujuan yang tidak pasti.
Kakiku dihempas deburan ombak yang saling berkejaran dari arah samudera.
Ia memikul beban warisan sisi leluhur yang belum sempurna lautan binasakan.
Fajar telah menyapa ku...
Seraya berkata bahwa dirinya sudah lama menunggu ku.
Guratan merah jingga terhampar di ujung timur samudera, bak gambaran surga yang sengaja Tuhan tunjukkan di dunia.
Aku menatapnya cukup lama...
Sampai desiran angin menyentuhku dengan lembut.
Seakan ia berkata, sedang apa engkau anak muda?
Aku tersentak mendengar suara itu...
Bukan karena di sana tidak ada orang, melainkan telingaku tidak asing mendengarnya.
Aku masih sendiri...
Duduk bersama sepi di awal hari.
Aku masih di sini...
Entah sampai kapan, mungkin Tuhan lupa untuk menggerakkan kaki ini ke tempat yang berbeda.
Tempat di mana hanya ada aku dan suara-suara di kepalaku yang tak pernah bosan untuk bertanya.
0 komentar:
Posting Komentar