Gagasan

Tampang Memalukan Saudi Arabia

Ilustrasi: Piqsels.com


Kerajaan Arab Saudi kerap dianggap sebagai representasi dunia Islam. Di kawasan dunia Arab kehadirannya juga cukup memiliki peran.

Namun citra Islam yang melekat dalam diri Arab Saudi tidak berbanding lurus dengan keberpihakannya terhadap umat Islam di seluruh dunia. Saudi tercatat berkali-kali mengecewakan muslim yang tengah tertindas.

Terlihat dari membisunya Saudi akan apa yang menimpa komunitas muslim di Uighur, Xinjiang, China. Lebih jauh, negara di jazirah Arab ini malah menuliskan dukungan terhadap kebijakan China yang dikenal represif terhadap Uighur itu. 

Ia bersama Rusia dan beberapa negara lainnya, termasuk Uni Emirat Arab, Oman, Pakistan, Qatar serta Bahrain menulis surat dukungan terhadap aksi represif China terhadap Uighur kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kedekatan Saudi dengan negara-negara opresor kaum muslim, seperti Amerika Serikat (AS) dan Israel juga membuat sakit hati beberapa umat Islam. Kendati kerap mendapatkan kritik karena kedekatannya dengan Israel yang jelas-jelas tengah menjajah Palestina, Saudi seakan bergeming. Ia bak orang yang buta dan tuli tidak menggubris kritikan yang dilontarkan kepadanya.

Beberapa ilmuwan politik menduga, merapatnya Saudi kepada Israel tak lain demi kerjasama guna membendung pengaruh Iran di kawasan. Maklum kedua negara tersebut memiliki dendam historis dan perbedaan ideologi keagamaan yang terus menganga.

Mandul di OKI

Kuatnya pengaruh Riyadh di Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang merupakan organisasi multinasional guna menyatukan dunia Islam, tak membuat negara ini layaknya Singa Gurun. Saudi justru membuat organisasi tersebut mandul. Mengingat diamnya organ itu di tengah banyaknya umat Islam yang ditindas.

OKI sendiri dibentuk guna mempertahankan Masjid Al Aqsa di Palestina dari gempuran pasukan Israel pada 1969 silam.

Saudi yang dianggap sebagai dedengkotnya OKI justru bersahabat dekat dengan Israel. Lebih parah, pangeran kerajaan itu, Mohammed bin Salma (MBS) bahkan akrab dengan figur kontroversial sekelas Jared Kushner. Jared merupakan seorang Yahudi Amerika yang juga menantu Presiden AS, Donald Trump. Ia  juga dikenal sebagai pendukung garis keras zionisme.

Kebiadaban Saudi juga makin tak terbendung kala beberapa pihak, utamanya Turki menuding MBS menjadi dalang dibalik asasinasi terhadap jurnalis Saudi, Jammal Khashoggi di Turki beberapa tahun silam.

Terlebih lagi, Saudi secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah mengirimkan beberapa agen dari Riyadh untuk menghabisi jurnalis yang terkenal fokal terhadap Saudi itu. Namun keterlibatan MBS masih belum terungkap.

Pembantai

Tidak hanya sampai di situ, borok negara yang mendapatkan banyak devisa dari ritual tahunan umat Islam di seluruh dunia ini juga dikenal sebagai negara pembantai. Kebijakan luar negeri Saudi terhadap Yaman membuat bangsa di ujung semenanjung Arab tersebut tak henti-hentinya didera kemalangan.

Sejak berkecamuk Perang Yaman pada 2015 silam, masyarakat di sana bak hidup di tengah neraka ciptaan Riyadh. Gempuran pasukan udara Saudi membuat negeri Ratu Bilqis itu luluh lantak.

Rusaknya objek vital, seperti instalasi air bersih dan sanitasi di sana juga membuat negeri itu dilanda wabah kolera yang mematikan. Menurut laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) pertanggal 1 Januari 2018 hingga 1 September 2019 lalu, hampir satu juta (991. 674 jiwa) penduduk Yaman tercatat terinfeksi kolera.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.350 jiwa di antaranya meninggal dunia. Konflik yang dimotori oleh Saudi itu juga membuat hampir 100 ribu warga sipil Yaman terbunuh.

Pendukung Rezim Pembantai

Saudi juga begitu mengecewakan bagi kemanusiaan. Ia mendukung rezim otoriter di Mesir. Rezim Jenderal al Sisi yang mendapatkan kekuasaannya melalui kudeta militer dikenal berlaku begitu kejam terhadap kelompok islamis.

Al Sisi mencongkel presiden Misir pertama yang dipilih secara demokratis, Mohammad Moursi dan memberangus simpatisannya dari kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) atau Muslim Brotherhood (MB).

Bukan hanya itu, IM dicap sebagai kelompok teroris setelah al Sisi membantai hampir seribu orang simpatisan Moursi dalam tragedi di Pelataran Masjid Rabaa al Adawiyah pada Agustus 2013 silam. Mereka merupakan para demonstran yang tidak setuju terhadap pelengseran Moursi oleh al Sisi beberapa bulan sebelumnya.

Al Sisi mendapatkan dukungan dari negara-negara teluk, termasuk Arab Saudi. Saudi juga mengakui pimpinan Mesir yang diperoleh dari kudeta militer tersebut.

Kerajaan itu juga turut melabeli IM sebagai kelompok teroris yang sekelas negara Barat pun tidak melakukannya. Hal ini makin memperjelas bahwa label tersebut hanya bermotif politis semata.

Kepustakaan

Does the Jamal Khashoggi disappearance mean the kingdom has lost its way?. https://www.trtworld.com/magazine/does-the-jamal-khashoggi-disappearance-mean-the-kingdom-has-lost-its-way-13405.

Egypt's Rabaa massacre: one year on. https://www.theguardian.com/world/2014/aug/16/rabaa-massacre-egypt-human-rights-watch.

Human cost of Yemen war laid bare as the death toll nears 100,000.

Israel and Saudi Arabia: What's shaping the covert 'alliance'.

Outbreak update – Cholera in Yemen, 1 September 2019.

Saudi Arabia declares Muslim Brotherhood 'terrorist group'. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-26487092?print=true.

Support for el-Sisi: What’s in it for al-Saud?.

Uyghur: Saudi Arabia and Russia among 37 states backing China’s policy.

About Yopi Makdori

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.