Gagasan

Tak Ada Pemimpin yang Menghianati Pengikutnya

Ilustarasi: Benih Pohon Pala Maluku Jepretan Mas Darno

Dalam pertempuran untuk merebut Moria, Thorin Oakenshield berhadapan langsung dengan Azog sang pemimpin bangsa Orc di Moria. Dalam novel The Hobbit karya J. R. R. Tolkien, Moria merupakan sebuah kastel yang dibuat dari gunung yang dipahat dan pernah dihuni oleh bangsa Dwarf, tetapi ditinggalkan karena alasan tertentu.

Dalam pertemuan itu pula, ayah Thorin yang merupakan raja Durin, Thrain II berhasil dipenggal oleh Azog. Peristiwa pemenggalan tersebut disaksikan oleh dirinya serta para pasukan kerajaan.

Dalam pertemuan yang begitu menghabiskan tenaga itu, pasukan Dwarf terlihat tak kenal lelah. Kendati panglima tertinggi mereka telah berhasil ditebas lehernya, pasukan Dwarf tak begitu saja menyerah dari bangsa Orc. Mereka masih meneruskan pertempuran dengan sisa tenaga yang masih tersimpan.

Dalam situasi seperti itu, pasukan Dwarf melihat dengan mata kepalanya seorang pemimpin baru yang pantas untuk diikuti. Yang meskipun pasukan terbabat habis, ia tak gentar untuk terus berlaku ofensif terhadap komandan Orc, Azog.

Pada suatu momen, di tengah dentuman pedang yang saling berdenting memecahkan kesunyian malam itu, Azog dan Thorin terlihat berduel.

Suasana begitu mencekam manakala pedang di tangan Thorin berhasil disingkirkan oleh Azog. Sekejap, Azog langsung menyabetakan pedangnya ke arah Thorin yang tengah tergeletak di tanah.

Tanpa pikir panjang, Thorin menggapai dahan pohon Oak yang tergeletak di sampingnya untuk ia jadikan sebagai tameng menahan serangan Azog yang begitu cepat.

Dan di saat bersamaan, Thorin segar mengambil pedangnya dan ia tebasan ke lengan Azog. Berhasil, lengan Azog ia potong dan meninggalkan teriakan kesakitan dari sang komandan Orc.

Dari sana, akhirnya bangsa Dwarf mengakui Thorin merupakan pimpinan yang layak mereka ikuti.

Kisah tersebut memang hanya rekaan semata. Namun nilai kepemimpinan yang dapat dipetik begitu dalam.

Dalam suasana krisis, seorang pemimpin akan menunjukkan sikap aslinya. Apakah mereka pecundang ataukah seorang kesatria.

Sama halnya dengan adanya wabah Covid-19 ini, seorang pemimpin akan diuji sebarapa kesatria dirinya. Apakah akan pasang badan demi rakyat dan melindungi segenap rakyatnya tanpa memandang latar belakang mereka. Atau justru bersikap sebaliknya, menyelematkan kalangan sendiri atau malah justru mengambil keuntungan pribadi atau golongan akan adanya cobaan ini.

Pemimpin yang berani pasang badan demi rakyatnya, ia tak perlu publisitas besar-besaran untuk meneguhkan anggapan tersebut. Namun sebaliknya, pemimpin yang tak berintegritas dan tak mempunyai semangat untuk pasang badan demi rakyatnya, ia akan ditinggalkan rakyat dan tak mendapat penghormatan sedikit pun dari rakyat kecuali penghormatan palsu.

Pasang badan itu seperti apa? Ketika seorang pemimpin mengerahkan sumber daya yang ia kendalikan di tangannya untuk melindungi rakyatnya dari berbagai macam kesakitan, baik sakit, kelaparan maupun hal lain yang dapat merendahkan mereka.

Apakah anda mengikuti pemimpin seperti itu?

About Yopi Makdori

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.