Grenthink Views

Menjawab Candara Wiguna dalam “Menjawab Video Felix Siauw Tentang Ateisme dan Kemalasan Berpikir” Khusus Palestina dan Evolusi.


Ilustrasi: Pxfuel.com

Oleh Yopi Makdori

Tulisan “Menjawab Video Felix Siauw Tentang Ateisme dan Kemalasan Berpikir” ini ditulis oleh Candra Wiguna (saya tidak kenal siapa dia), dan terakhir kali diperbaharui pada 24 Mei 2013, sudah cukup lama sampai jawaban ini muncul. Saya bukan mengatasnamakan IRTs-International Thinkers, saya bukan mengatasnamakan kampus, saya juga bukan mengatasnamakan organisasi saya, tulisan ini murni pemikiran dan pendapat saya pribadi yang ingin menjawab tulisan Mas Candra. Di dalam tulisan Menjawab Video Felix Siauw Tentang Ateisme dan Kemalasan Berpikir, Mas Candra mengomentari video yang diunggah oleh salah satu ustadz yang aktif di media sosial (namanya telah terpampang dalam judul tulisanya), nah... Tulisan yang saya buat juga hendak mengomentari komentar yang dibuat oleh Mas Candra, namun hanya beberapa saja yang saya komentari. Oke langsung saja pada pokok pembahasan di bawa ini :

Pembahasan

Terkait Kepedulian terhadap Palestina 

Mas Candra mengatakan bahwa “Jujur, saya sebagai aktivis kemanusiaan pun tidak peduli terhadap kejadian di Palestina, negara kita sendiri masih bermasalah untuk apa mencampuri urusan negara lain yang bahkan negara didekatnya saja, seperti Saudi, Yaman, Tunisia dan yang lain tidak mau ikut campur”.

Kesesatan akut seorang aktivis kemanusiaan, kenapa? Prinsip kemanusiaan tak pernah mengenal batas (border less), batas yang saya maksudkan bukan melulu berbicara tentang batas teritorial, lebih dari itu batas di sini termasuk juga identitas yang melekat dalam diri manusia. Kalau kita bicara kemanusiaan hanya dalam lingkup wilayah sendiri, sedangkan wilayah lain didiamkan itu bukanlah konsep kemanusiaan. Kemanusiaan dibangun atas dasar kemanusiaan itu sendiri, bukan identitas. Jadi kalau anda bilang “saya tidak peduli dengan apa yang terjadi di Palestina” dan anda nyinyir dengan aktivis kemanusiaan yang peduli dengan Palestina, maka saya tanya “kemanusiaan macam apa itu?”.

Mas Candar yang terhormat, anda tau isi Pembukaan UUD 1946 alinea pertama? Di sana dengan jelas disebutkan bahwa “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”, dan anda tahu kalau konflik di sana itu merupakan bentuk penjajahan? Mengapa? Institute for Middle East Understanding (IMEU) telah mengkomperasikan kekuatan militer Israel dan Palestina? Anda tahu kalau menurut data IMEU, Israel memiliki 875 pesawat kombatan, 84 pesawat pengangkut, 286 helikopter dan 34.000 personil reguler, sedangkan Palestina tak memiliki satupun dari semua itu?; anda tahu kalau Israel memiliki Kapal Selam Lumba-Lumba berkapasitas nuklir, 15 kendraan tempur, 50 kapal patroli, sedangkan Palestin tak memiliki satupun kapal?; anda tau kalau Israel memiliki 3.800 tank, 70-400 hulu ledak nuklir, senjata kimia dan biologis, lebih dari 150 Jericho I/II/III (Misil Balistik) dengan range 4.350 mil, sedangkan Palestin tak memiliki satupun senjata-senjata tersebut?; dan anda tahu menurut laporan The Congressional Research Services dalam U.S. Foreign Aid to Israel yang ditulis oleh Jeremy M. Sharp, seorang pakar Timur Tengah, terungkap bahwa Israel menerima bantuan militer dari Amerika Serikat sebesar USD 10,2 juta per hari, sedangkan Palestin tak menerima sedikitpun bantuan militer dari negara yang katanya menjunjung tinggi kemanusiaan tersebut? ini bukan sebuah perang bro, ini genosida...

Mas Candra, lebih parah lagi anda bilang “negara kita sendiri masih bermasalah untuk apa mencampuri urusan negara lain yang bahkan negara di dekatnya saja, seperti Saudi, Yaman, Tunisia dan yang lain tidak mau ikut campur”, saya hanya menyarankan anda lebih banyak membaca mengenai konstelasi politik timur tengah, supaya anda dapat memahami mengapa Saudi tak mau membantu Palestina. Lebih lucu lagi anda seorang aktivis kemanusiaan tapi masih bicara masalah border, saya rasa tak perlu panjang lebar karena sudah dijabarkan di awal tulisan ini.

Anda bilang Palestina sebagai pemicu konflik, coba tunjukkan pada saya sumber apa yang anda rujuk? Anda tahu Deklarasi Balfour? Penyerahan wilayah Palestina dari Inggris ke kaum Yahudi bukanlah kepemilikan tapi penjajahan, jadi wajar jika bangsa Palestina mempertahankan wilayah dan mencoba mengusir para penjajah. Jika pada saat Jepang menyerah kepada sekutu kemudian Jepang memberikan wilayah Indonesia kepada Belanda apakah itu bentuk kepemilikan?.

Bicara tentang Evolusi

Mas Candra yang baik hati, di sini saya berusaha menafisrkan komentar anda yang mengomentari pernyataan Ustadz Felix, saya melihat anda berbicara evolusi cukup meyakinkan, namun di sini saya akan sedikit bercerita terlebih dahulu. Pada 1925 di Dayton, Tennessee, terselenggara sebuah pengadilan yang menjadi pertandingan antara kaum kreasionis melawan kelompok naturalis, pengadilan ini dekenal dengan Pengadilan Scope. Kelompok kreasionis, pembela penciptaan manusia secara langsung yang merujuk pada Alkitab, dipimpin oleh William Jennings Bryan. Sedangkan, kelompok naturalis, yang melandaskan diri pada bukti-bukti adanya manusia purba yang sudah ditemukan, yang menolak pendapat Alkitab, terdiri dari berbagai ilmuwan yang siap membeberkan bukti bahwa ilmu pengetahuan lebih rasional daripada agama. Pengadilan Scope ini awalnya terjadi karena Undang-Undang Butler, yang isinya melarang siapapun mengajarkan teori evolusi kedepan umum di negara bagian Tennessee. Keberhasilan dewan dalam mengesahkan UU Butler tak lepas dari peran William Bell Riley, kepala Fundamental Christian World’s Association. Tujuannya cukup jelas, Bell tak ingin anak-anak Kristen dicekoki pengetahuan yang bertentangan dengan Alkitab.

Pengesahan UU Butler mengundang reaksi keras dari George Rappleyea, seorang pengusaha penambangan setempat. Rappleyea mengiming-imingi uang bagi siapa pun yang berani mengajarkan teori evolusi di sekolah-sekolah. Selain didorong oleh motif ilmu pengetahuan, Rappleyea juga didorong oleh naluri bisnisnya. Ia berniat mengangkat permasalahan UU Butler ke seluruh Amerika Serikat melalui media massa. Ditambah The American Civil Liberties Union (ACLU) sangat mendukung upaya Rappleyea tersebut.

Muncullah John Scope, seorang guru olahraga yang memberanikan diri untuk mengajarkan teori evolusi kepada para muridnya yang diambil dari buku Darwin, On the Origin of Species. Scope langsung ditahan karena melanggar UU Butler. Bahkan, para siswanya diminta untuk menjadi saksi dalam pengadilan Scope. Melihat ilmu pengetahuan sedang dipermainkan di Tennessee, para ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. H. H. Newman dari University of Chicago tidak tinggal diam. Terjadilah perdebatan panjang dalam pengadilan Scope yang berlangsung selama tujuh hari.

Singkat cerita kelompok kreasionis dipermalukan oleh kelompok naturalis yang membawa bukti manusia purba, seperti Manusia Nebraska, yang menurut pengetahuan saat itu merupakan salah satu ras manusia yang hidup di dataran Amerika Utara satu juta tahun yang lalu. yang semakin membuat kekalahan telak kelompok kreasionis adalah fosil manusia Piltdown yang dibawakan oleh para naturalis.

Namun hanya dalam beberapa tahun bukti-bukti tersebut justru berkata sebaliknya. Manusia Piltdown, yang menurut Encyclopedia Britannica merupakan penemuan penting kedua setelah Pithecanthropus Erectus. Bahkan seperti yang kita tahu, Manusia Piltdown menjadi landasan argumen dalam Pengadilan Scope. Dalam buku Menyanggah Darwinsime, Harun Yahya mencatat bahwa “pada 1949, Kenneth Oakley, dari Departemen Paleontologi British Museum, berusaha menggunakan uji fluorin, sebuah tes baru pada saat itu yang digunakan untuk mengetahui umur sebuah fosil”. Jadilah uji fluorin diaplikasikan pada Manusia Piltdown. 

Hasilnya sangat mengejutkan, disadari bahwa tulang rahang Manusia Piltdown tidak mengandung fluorin. Artinya, tulang rahang tersebut terkubur hanya dalam beberapa tahun yang lalu. Tengkoraknya yang mengandung sedikit fluorin menandakan umurnya hanya beberapa ribu tahun. jadi ada banyak tulang yang dikumpulkan demi memunculkan nama Manusia Piltdown. Kebenaran terus terkuak, pada bualan November 1953, The New York Times mempublikasikan bukti yang dikumpulkan oleh Kenneth Page Oakley, Sir Wilfrid Edward Le Gros Clark, dan Joseph Weiner menegaskan pembuktian Oakley. Mereka menyebutkan bahwa Manusia Piltdown hanyalah rekayasa; fosil yang ditemukan Dawson dan Woodward pada 1912 tak lebih dari pengumpulan tiga fosil berbeda. Pertama, ada tulang manusia dari abad pertengahan; kedua, rahang bawah orang utan Serawak yang berusia 500 tahun; ketiga, gigi simpanse. 

Lalu, bagaimana para antropolog zaman dahulu bisa menyebut fosil temuan Dawson berusia sejuta tahun? Jawabannya lahir pada Oktober 1956, saat itu terbit sebuah artikel dari Popular Science Monthly yang berjudul “The Great Piltdown Hoax”. Ternyata, gigi simpanse temuan Dawson tadi disusun secara khusus dan ditambahkan kepada rahang orang utan Serawak. Bahkan, permukaan graham gigi simpanse tersebut sengaja dihaluskan supaya menyerupai graham manusia. Kemudian, gabungan gigi, rahang bawa, dan tengkorak tersebut diwarnai dengan potasium dikromat untuk memberi kesan usia yang sudah ratusan ribu tahun.

Itu salah satu contoh landasan para kaum naturalis yang berhasil diruntuhkan. Masih banyak lagi karangan manusia-manusia kera lainnya yang berhasil terungkap kebohongannya. Gimana Mas Candara masih kurang?

Darwinisme hanya menyontek ide evolusi dari Ikhwan as Safah (Persaudaraan Suci), sebuah kelompok penganut ide evolusi di Islam. Perkumpulan ini didirikan di Basrah pada zaman Abbasiyah. Ikhwan as Safa menerbitkan beberapa buku pengetahuan alam yang mirip dengan penjelasan Darwin. Pemikira ini bahkan berkembang hingga ke Spanyol dan mempengaruhi pemikiran Barat. Menurut Harun Yahya, perkumpulan ini dipengaruhi oleh filosofi Yunani Kuno yang diungkapkan mereka melalui simbolisme rahasia.

About Yopi Makdori

Diberdayakan oleh Blogger.