Ilustrasi: Pxfuel.com
Muhammad Iskandar Syah
Berdua tanpa lelah kita berbicara tentang sebuah perubahan.
Di jalan-jalan yang dipenuhi dengan kerikil dan bebatuan.
Untuk sampai di sebuah tujuan di mana sudah kita rencanakan.
Engkau terdiam... Memikirkan berbagai hal yang seketika membebani kepalamu.
Engkau sesekali bercerita tentang mimpi-mimpi indahmu...
Mimpi tentang hari esok di mana kau memegang dunia dan akhirat.
Kita berjuang bersama untuk meletakkan dunia di tangan kita, bukan di hati kita.
Sampai mimpi itu terwujud, jangan pernah lelah untuk berlari.
Sampailah kita di tepian tebing di sebuah pantai yang begitu megah.
Pantai yang tiada kata padanan untuk menggambarkannya, selain indah.
Di sana kita duduk termenung, menikmati horizon samudra milik sang maha kuasa.
Kita menunggu cahaya surya terakhir di hari itu.
Cahaya yang menandakan gelaplah yang akan berkuasa.
Pikiran kita melayang... Menembus hingga di titik ketiadaan.
Kita saling berbincang tentang masa depan peradaban.
Tentang nasib anak cucu kita di pergantian zaman.
Akankah kita bagian dari pemenang?
Masih ingkatkah engkau akan desiran angin darat malam yang mengantarkan para nelayan untuk berlayar?
Dinginnya hingga menggigit tulang.
Layaknya meratapi kepedihan sebuah perpisahan.
Dingin yang sungguh berasosiasi dengan kesedihan.
Aku sesekali terpejam...
Menikmati lantunan sabda sang alam.
Suara gemuruh ombak di lautan berpadu dengan tusukkan angin malam dan bisikan yang hendak mereka ceritakan.
Aku tidak bisa menangkap apa yang ingin angin katakan.
Mungkin sebuah pesan bahwa di ujung sana ada sebuah hati yang merindukan.
Tak terasa malam mulai larut.
Kita bergegas untuk kembali ke medan perjuangan.
Medan yang akan menguatkan kita.
Dan menempa kita menjadi insan yang berharga.
Detik ini semakin dekat pada perpisahan.
Tapi jangan engkau risau kawan.
Aku di sini akan terus berjuang demi mimpi-mimpi perubahan.
Aku tunggu kau di ufuk senja yang akan datang.....
0 komentar:
Posting Komentar