Perjuangan

Maafkan Ibu Nak...


Ilustrasi: Dokumentasi Pribadi Keluarga Nenek Raisa

"Aku persembahkan untuk setiap jiwa yang dirangsang untuk menyendiri oleh sepi"


Sebelas tahun yang lalu ibu terpaksa meninggalkan kalian
Bukan karena ibu tidak mencintai kalian
Bukan juga karena ibu tak sayang kalian...
Ibu begitu mencintai dan menyayangi kalian nak
Tapi apa daya ibu harus pergi...

Ibu tahu keputusan ini sangat berat
Ibu juga tahu bahwa ayah dan nenek kalian tidak akan merestui keputusan yang ibu pilih ini
Tapi keadaan memaksa ibu untuk memilih jalan ini nak
Nak... Engkau tahu bahwa terkadang dunia tidak memberikan pilihan kepada kita
Dunia kadang memaksa kita untuk tetap berdiri, tetap melangkah, dan tetap maju...
Dunia tidaklah memberikan penawaran kepada kita untuk istirahat sejenak
Ibu lakukan hal ini sebagai isyarat kepada dunia bahwa ibu masih berdiri, ibu masih melangkah, dan ibu masih maju kedepan...

Nak...Maafkan ibu atas pilihan ini...
Ibu tahu pasti kalian membenci ibu
Kalian pasti berharap terlahir dari rahim wanita lain
Wanita yang bisa memberikan dongeng tentang raja-raja di saat kalian terjaga
Wanita yang juga bisa dengan setia mendengarkan kisah kalian selama seharian
Wanita yang akan berdiri didepan kalian saat teman-teman kalian bersikap nakal
Maafkan ibu tidak bisa menjadi wanita seperti itu...

Nak...Ibu tahu kalian pasti berharap tidak memiliki orang tua seperti ibu
Yang tidak pernah memberikan permata, namun hanya luka
Ibu tidak bisa membayangkan bagaimana kalian melewati hari-hari dengan sendiri
Di saat yang lain bercerita tentang mimpi-mimpi di depan ibunya
Kalian hanya sendiri, untuk dibunuh perlahan oleh sunyi

Selama sebelas tahun ini ibu tidak pernah melihat wajah kalian nak
Bagaimana rupa kalian, sikap kalian, dan tutur kata kalian
Masihkah lucu dan lembut seperti dulu?
Dan terakhir... Ibu hanya berpesan nak, "Jangan pernah kalian gadaikan cinta dengan dunia!"
Karena jika itu kalian lakukan, hanya luka dan penyesalan yang kalian dapatkan
Seperti yang saat ini ibu rasakan...

About Yopi Makdori

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.