Catatan: #Cakrawala Pandangan merupakan ulasan mengenai
pandangan dan pendapat seseorang yang kami amini sehingga layak untuk
disebarkan tanpa menyebut sosoknya.
Sekolah mentereng tidak menjamin seorang anak memiliki
akhlak yang beradab. Kalimat itulah yang hingga kini kami yakni sejak pertama
kali dihadapkan pada pemandangan murid-murid yang menganggap guru hanya sekrup
dalam pendidikan.
Saya ingat betul ketika istri bercerita mengenai
pengalamannya mengajar anak-anak dari sekolah bergengsi di pinggiran Ibu Kota.
Reject respect dari para murid itu menjadi pengalaman pertama sepanjang karier
mengajarnya.
Kami yakin sedikit banyak doktrin dari orang tua dan
lingkungan melatarbelakangi polah mereka. Lingkungan mendidik mereka bahwa
“jika kamu punya uang, maka kamu punya hak.” Mereka merasa bahwa orang tuanya
sudah membayar mahal untuk pendidikan, maka mereka menganggap patut untuk
melakukan apa pun terhadap siapa pun yang menikmati duit itu, termasuk para
gurunya.
Kami dianjurkan takzim kepada para guru, bukan hanya sebab
mereka berjasa karena telah mencurahkan ilmu, namun juga karena perintah Sang
Pencipta. Takzim setara dengan hormat, meskipun misalnya mungkin kita berbeda
pandangan dengan guru, tapi takzim wajib tetap melekat.
Takzim tentu tak sama dengan taat yang mensyaratkan
kepatuhan. Kalau takzim itu menghormati, maka taat mematuhi segala petuah guru.
Semisal Sang Guru mengajak untuk selalu menyinggahi rumahnya setiap minggu,
maka jika kita taat, kita ikuti arahannya. Lain dengan takzim, ia tidak mensyaratkan
kepatuhan.
Oleh karena itu apa pun kondisinya takzim terhadap guru itu
wajib pemenuhannya, sementara taat terhadap mereka bisa tergantung perintah.
Kenapa? Sebab guru manusia bisa, mereka bisa salah, bisa pula keliru.
Maka yang baik ambillah, sementara yang jelak buanglah.
Karena Islam mengajarkan ketaatan hanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar