Planet Mars merupakan planet yang paling sering menjadi objek penelitian para ilmuwan di bumi. Nama planet ini mengacu pada dewa perang Roma. Mars memiliki karakteristik geografis yang menyerupai bumi dengan gunung-gunung yang masih aktif.
Gunung tertinggi di planet ini adalah Gunung Olympus dengan tinggi mencapai 26 km di atas dataran Mars. Di sana juga terdapat lembah-lembah, air yang membeku seperti di kutub utara dan selatan bumi, dan bekas aliran sungai seakan menggambarkan bahwa dulu planet Merah itu memiliki bentangan alam seperti di Bumi pada saat ini. Mars dikenal dengan julukan planet Merah hal ini disebabkan oleh oksidasi besi yang terdapat di permukaan planet itu.
Keadaan geografis Mars yang menyerupai bumi membuat para ilmuwan di bumi berspekulasi bahwa ada kemungkinan manusia bisa tinggal di sana. Meskipun hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa pernah ada sebuah peradaban yang menghuni Planet Merah tersebut. Pencarian mahluk hidup yang menghuni planet ini dimulai sejak abad ke-19, dan masih berlanjut hingga saat ini dengan menggunakan teleskop berteknologi tinggi dan robot yang diterjunkan ke sana.
Pada 22 November 2016, NASA (badan antariksa nasional Amerika Serikat) menemukan es bawah tanah dengan jumlah yang besar di daerah Utopia Planitia—salah satu daerah di Mars. Volume air jika es tersebut mencair diperkirakan sama dengan volume air di Danau Superior. Jumlah yang cukup besar untuk menopang kehidupan sebuah koloni manusia. Penemuan ini semakin memperkuat para ilmuwan bahwa bisa dibangun sebuah koloni manusia di Mars.
Sejak para ilmuwan berlomba-lomba untuk mencari tanda-tanda kehidupan di Mars, sejak saat yang sama pula para ilmuwan mendesain sebuah proposal untuk mengirimkan manusia ke planet tersebut. Proposal-proposal tersebut, seperti Human to Mars: Fifty Years of Mission Planning (1950-2000), proposal ini diajukan oleh David Portree’s; Proposal yang diajukan oleh Wernher von Braun dalam bukunya yang berjudul Das Marsprojekt (1952) dan diterbitkan dalam Bahasa Inggris dengan judul The Mars Project di 1962.
Proposal karya Wernher von Braun merupakan proposal pertama yang dengan detail menggambarkan teknik bagaimana manusia bisa ke Mars; Proposal Amerika Serikat (U.S. Proposals) di dekade 50-an, 60-an, dan 70-an berbarengan dengan semangat Perang Dingin untuk berlomba dengan Uni Soviet dalam mengeksplorasi luar angkasa; Proposal Misi Soviet di tahun 1956-1969, proposal ini dikenal dengan nama Martian Piloted Complex (MPK) yang diajukan oleh Mikhail Tikhonravov; The Case for Mars (1981-1996), The Case for Mars adalah sebuah konferensi yang diselenggarakan di Universitas Colorado. Konferensi ini mendukung eksplorasi Mars, pameran teknologi dan konsep eksplorasi, dan membangun konsep dasar misi ke Mars; NASA Space Exploration Initiative (1989); Mars Direct (1990-an); dan yang baru adalah NASA’s Journey to Mars: Pioneering Next Steps in Space Exploration (2015) dan Interplanetary Transport System (2016) yang diinisiasi oleh SpaceX.
Selain dalam bentuk yang ilmiah, keinginan manusia untuk membentuk koloni di Mars juga termanifestasikan dalam berbagai karya fiksi, seperti Novel dan Film, karya-karya tersebut antara lain: Robinson Crusoe on Mars, Total Recall, Mission to Mars, Kim Stanley Robinson’s Mars Trilogy (1993-1996), Red Planet, Doctor Who’s, The Water of Mars, The Martian, dan masih banyak lagi karya-karya yang lainnya.
Eksplorasi Mars didominasi oleh negara-negara maju yang memiliki kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Tercatat hanya ada enam entitas yang saat ini mengeksplorasi planet tersebut, yaitu Jepang, Rusia, India, Cina, Amerika Serikat, dan negara-negara Uni Eropa di bawah naungan ESA (European Space Agency), ditambah dengan Uni Emirat Arab yang akan menyusul di tahun 2020.
Pola seperti ini mirip dengan eksplorasi Dunia Baru oleh bangsa Eropa pada abad pertengahan yang saat itu hanya dimonopoli oleh beberapa negara saja. Semangat penjelajah yang disokong dengan dukungan dana dari pemilik kekuasaan yang memiliki jiwa imperialisme membuat upaya penaklukan Dunia Baru bisa terjadi.
Pertanyaannya, apakah semangat eksplorasi planet Mars murni didasari oleh semangat ilmu pengetahuan, ataukah justru eksplorasi itu didasari oleh semangat imperialisme, layaknya para pemimpin Eropa abad pertengahan saat mencari Dunia Baru? Semangat imperialisme yang saya maksudkan adalah semangat untuk menguasai sumber daya yang terkandung di planet Mars oleh beberapa golongan tertentu. Meskipun hingga saat ini belum ditemukan kandungan mineral berharga maupun minyak di perut Mars, namun usaha pencarian tersebut tetap dilakukan bersinergi dengan semangat ilmu pengatahuan.
Lepas dari Otoritas Bumi?
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah jika terbentuk koloni di Mars koloni tersebut bersubordianasi dengan entitas negara yang membentuk koloni itu ataukah membangun entitas tersendiri yang terlepas dari bumi? Pastinya pertanyaan tersebut akan kita dapati jawabannya tatkala salah satu diantara negara-negara yang sekarang sedang mengeksplorasi planet Merah tersebut berhasil membangun koloni manusia di sana.
Jika memang akan terbentuk entitas negara sendiri di Mars, lalu sistem pemerintahan apa yang cocok diterapkan di Mars? Elon Musk, seorang wirausahawan dan insinyur yang merupakan pendiri SpaceX, berpendapat bahwa pemerintahan yang cocok diterapkan di Mars adalah demokrasi langsung bukan demokrasi representatif. Menurutnya dengan penerapan demokrasi langsung di koloni yang berada di Mars, penghuni koloni dapat memoting secara langsung suatu keputusan, ditambah menurutnya demokrasi langsung bisa mengurangi potensi korupsi dibandingkan dengan demokrasi perwakilan seperti yang diterapkan di mayoritas negara-negara di bumi saat ini.
Musk mungkin masih berfikir jika koloni yang ada di Mars masih memiliki penduduk yang kecil, makanya ia beranggapan bahwa demokrasi langsung yang cocok diterapkan di sana, lalu bagaimana jika entitas koloni tersebut memiliki jumlah populasi yang besar? Apakah masih cocok menggunakan demokrasi langsung? Atau dengan teknologi yang dikembangkan oleh perusahannya bisa mengatasi kendala tersebut?
Lalu bagaimana jika koloni tersebut bersubordinasi dengan negara yang berhasil membangun koloni di Mars, apakah hubungan yang dibangun seperti layaknya penjajahan? Lalu siapa yang dijajah? Mars merupakan planet sendiri yang tentunya tak terikat dengan bumi, meskipun belum pernah ada peradaban asli di sana, namun jika manusia mengeksploitasi kekayaan di Mars dan membawanya ke bumi adalah sebuah bentuk penjajahan terhadap planet tersebut. Karena seharusnya yang berhak memanfaatkan kekayaan alam di Mars adalah koloni Mars itu sendiri demi keberlangsungan hidup populasi di sana.
Jika koloni di Mars terbentuk kita akan benar-benar melihat hubungan semacam apa yang akan dibangun antara koloni di sana dengan bumi, apakah koloni tersebut berhak mendirikan entitas sendiri yang terlepas dengan bumi ataukah justru relasi yang dibangun seperti relasi bangsa Eropa dengan Dunia Baru—relasi penjajahan? Dari sini akan bisa dilihat seberapa jauh penduduk bumi belajar dari sejarahnya.