Gagasan

Seonggok Superpower yang Membusuk



Ilustrasi: Pxfuel.com

Muhammad Iskandar Syah

Amerika Serikat (AS) ditakdirkan sebagai pewaris tahta kejayaan peradaban Eropa. Posisi adidaya saat ini diperoleh dengan pertarungan selama bertahun-tahun menghadapi rival kuatnya, Uni Soviet. Meskipun perebutan pengaruh antara dua digdaya tersebut tidak pernah berperang secara langsung, namun peperangan di masa rivalitas kedua kekuatan itu begitu banyak terjadi. Mereka menggunakan negara lain untuk bisa beradu kekuatan di medan laga. Masa-masa itu sering disebut sebagai masa perang dingin (cold war) karena didominasi oleh perang ideologi antara demokrasi-kapitalis yang diwakili oleh AS melawan Uni Soviet yang mewakili ideologi komunisme.

Saat rivalitas melawan Uni Soviet itulah AS berhasil membangun kesadaran dunia bahwa dirinyalah yang layak menjabat sebagai negara super power dunia. Meskipun berbagai upaya dikerahkan dengan menggelontorkan sumber daya materi yang tidak sedikit, namun usaha tersebut tidaklah sia-sia. Saat ini dan entah sampai kapan, AS menduduki posisi entitas politik terkuat di dunia, layaknya posisi yang pernah dicicipi oleh imperium Roma, Islam ataupun Persia.

Meskipun kejatuhan imperium ini tidak akan ada yang mengetahuinya, namun nampaknya sang imperium tidak akan bisa bertahan lama seperti para pendahulunya. Imperium ini bukanlah sebuah imperium yang mengayomi, dia adalah sang imperialis sejati. Setiap gerak-geriknya membuat berbagai mata mencurigainya. 


Dia bukanlah sebuah ayah ataupun saudara yang akan melindungi kita, dia adalah sebuah penjelmaan setiap mimpi buruk umat manusia. Kesewenang-wenangannya sudah tidak bisa lagi dibiarkan, AS banyak menjajah dan merenggut sumber daya di setiap negeri yang dicengkramnya. Cakar-cakarnya ada di mana-mana,menguasai berbagai sektor untuk menjamin kelanggengan kekuasaannya.

Super power ini bukanlah sebuah entitas yang diharapkan keberadaannya di dunia ini. Meskipun ia kerap kali mengklaim bahwa dirinyalah yang merupakan al Masih bagi dunia, yang akan mengantarkan umat manusia pada perdamaian abadi di mana kata "perang" tidak ada lagi di dalam kamus maupun realitas, namun umat manusia nampaknya tidak akan pernah mempercayai hal ini. Ia tak lebih dari sebuah kekuatan yang setiap detik terus menerus menjaga kedigdayaannya dengan menindas umat manusia di muka bumi ini. Ia adalah wajah kekuatan jahat yang selalu digambarkan dan diramalkan dalam berbagai peradaban.

Kebijakan yang sering disebut sebagai "Kebijakan Luar Negeri" entitas ini, kerap kali menuai kesengsaran bagi umat manusia di belahan bumi lain. Kebijakan Luar Negerinya begitu brutal, terkadang tidak segan untuk melakukan pembantaian di suatu negeri atas dasar tanggung jawab kemanusiaannya atau omong kosong HAM dan demokrasi yang selalu ia gaungkan tanpa makna. Ia anggap terorisme adalah musuh utamanya, ia anggap bahwa dunia sangat membutuhkannya untuk membasmi begundal teroris, namun tanpa sadar bahwa sesungguhnya dirinyalah gembong teroris terbesar di planet ini. 

Ia banyak melakukan pembantaian di pelbagai negeri, pesawat-pesawat tanpa awak yang sering disebut "drone" tak henti-hentinya bertindak sebagai malaikat maut di udara. Sebiadab-biadabnya dia, sesewenang-wenangnya bangsa ini terhadap kemanusiaan--nilai yang selama ini ia agungkan--bangsa-bangsa lain di dunia hanya bisa diam, suaranya sibuk mengurusi radikalisme bajingan. Pemimpin-pemimpin negara dunia ketiga hanya bisa bilang iya, hee e kepada sang digdaya. Suara sok jagoan mereka hanya untuk menghibur rakyatnya, supaya rakyatnya masih punya kebanggaan di tengah-tengah ketidakadilan dan kesengsaraan.

Seluruh penduduk bumi dan penduduk langit mengutuk supaya sang digdaya ini membusuk. Membusuk ditelan kebenaran dan kebaikan yang membebaskan umat manusia dari penindasan, penindasan jasamani dan penindasan rohani. Membusuklah wahai engkau sang digdaya zalim, membusuklah engkau wahai begundal peradaban....

Semoga kebenaran akan segera datang untuk menumpas segala kezaliman sang begundal...

About Yopi Makdori

Diberdayakan oleh Blogger.