Gagasan

Orang Baik Sering Tak Memahami Quality Control


 Ilustrasi: Pixabay.com


Herman merasa kesal dengan ulah ugal-ugalan para pemimpin di bangsa ini. Ia pagi itu ngedumel ngalor-ngidul meluapkan keluh kesahnya atas kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Diperparah lagi kenaikan ini berbarengan pada masa paceklik di kampung Herman.

Pekerjaannya yang sehari-hari sebagai buruh tani membuat Herman tak bisa berkutik dihadapkan pada gempitan ekonomi yang tak kenal ampun menghantam ia bersama istri dan seorang anaknya. Sudah tiga hari ini Herman dan keluarganya hanya makan beras Raskin (Rakyat Miskin). Beras yang tampak telah berbuluk dan dipenuhi kutu itu diolah oleh istri Herman untuk disantap dengan ikan asin dan sambal korek.

Anaknya belum genap berusia lima tahun, usia yang menurut banyak penelitian adalah usia emas. Di mana lebih dari 80 persen potensi anak berkembang pada usia ini. Tapi ironis, di usia emas anak Herman hanya diberi makan nasi dan ikan asin. Terkadang kalau mau makan enak, mereka membeli Mi ABC Selera Pedas yang disantap bersama nasi. Satu bungkus mi instan mereka habiskan bersama.

Usia Herman belum genap 25 tahun, ia terpaut empat tahun lebih dewasa dengan istrinya, Tarmina. Sama seperti Herman, Tarmina anak buruh tani yang pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta. Namun lantaran sering dipukuli majikannya, Tarmina nekat kabur dari rumah majikannya dan belum digaji sepeser pun.

Suatu waktu pintu rumah Herman yang tak jauh dari pojokan sawah digedor. Pintu yang terbuat dari lapisan teriplek itu pun segera dibuka oleh Herman. Di balik pintu berdiri seorang laki-laki dengan mengenakan sarung dan baju koko warna putih.

Herman tak lama mengidentifikasi sosok itu. Dia adalah Abah Selamat, kiai kehormatan kampungnya. Herman pun mempersilakan Abah Selamat masuk, tak lama Abah ternyata langsung mengutarakan kedatangannya.

Dengan lembut Abah Selamat menyampaikan maksud kedatangannya. Dia meminta Herman untuk mendukung Trio, calon kepala desa yang pemilihannya akan dihelat dua minggu mendatang. Abah sendiri begitu mempercayai Trio yang merupakan seorang jebolan pascasarjana Teknis Fisika di salah satu perguruan tinggi ternama di Tanah Air.

Dengan tutur kata yang sopan beserta penampilan yang begitu menyejukkan pandangan, Trio berhasil menghipnotis Abah untuk mendukungnya dalam kontestasi pemilihan kepala desa mendatang.

Banyak orang bilang bahwa siapapun yang mendapatkan dukungan dari Abah Selamat, maka dia sudah dipastikan menang bahkan sebelum bertanding. Pendapat itu cukup beralasan, Abah dikenal kiai yang baik, dermawan, jujur bahkan amanah. Ibarat menu makanan, Abah Selamat merupakan paket kompletnya.

Herman pun begitu takzim dengan Abah. Tak ada kata yang keluar dari mulut Abah Selamat berani Herman bantah.

Esoknya Herman diminta Abah untuk memasang spanduk beserta menempel stiker gambar Trio ke rumah-rumah warga. Menjelang sore, usai dirinya rampung mengerjakan tugas tersebut, ia beristirahat di sebuah saung yang terletak pinggir sawah. Ia duduk di sana guna melepaskan rasa lelahnya karena seharian mengerjakan berbagai tugas yang diamanatkan oleh Abah tersebut.

Tak lama berselang, tiga pria dengan pakaian serba hitam langsung menghujani tubuh Herman dengan balok kayu. Kejadian itu begitu singkat, sekitar lima menitan. Kemudian tiga orang itu langsung kabur mengendarai dua sepeda motor. Sebelum kabur mereka melemparkan spanduk foto Trio ke tubuh Herman dan Herman langsung disiram dengan cairan yang kira-kira campuran antara air seni dan kotoran manusia.

Apes, ujar Herman dalam hati. Malamnya peristiwa itu diketahui Abah dan Trio. Mereka pun bertandang ke rumah Herman untuk menengok keadaannya. Di sana Abah dan Trio hanya meminta dirinya untuk bersabar atas peristiwa tersebut.

Singkat cerita, Trio sudah terpilih sebagai kepala desa yang baru di desa tersebut. Satu tahun di bawah kepemimpinan Trio tak ada perubahan yang berarti di desa itu. Kendati begitu Abah tetap berada di belakang Trio. Sementara Herman masih jadi buru tani kecil yang mesti tersengal-sengal untuk mencari makan.

Dua tahun masa kepemimpinan ilmuwan Fisika itu, wajah Trio terpampang di koran dan stasiun televisi lokal. Bukan menjadi pemimpin yang berprestasi, di media massa nama Trio didahului oleh kalimat "Tersangka Penggelapan Dana Desa". 

Awalnya masyarakat tak percaya, tapi akhirnya setelah pengadilan menjatuhi vonis terhadap pemimpin mereka, masyarakat akhirnya tersadar bahwa tingkah Trio di belakang mereka tak seindah kalimat dan penampilannya.

Masyarakat tak menyangka orang yang dipercaya oleh Abah tega mengkhianati mereka. Belakangan juga terungkap, ijazah sarjana dan pascasarjana Trio ternyata hasil membeli.


Fiksi tapi Sering Terjadi


Kisah di atas mungkin hanya fiksi belaka. Tapi di lapangan, kasus-kasus seperti ini kerap terjadi. Orang-orang baik kadang mudah terkecoh dengan penampilan luar. Tak jarang mereka tidak memiliki quality control yang baik dalam sejumlah hal. Abah sebagai tokoh karismatik di desa Herman begitu saja percaya dengan Trio. Dan mengajak masyarakat untuk berada di barisan Trio bersamanya.

Dia bahkan tak mendalami latar belaka Trio. Kemampuan verifikasi yang sebenarnya mampu dilakukan untuk mengungkap latar belakang Trio, sama sekali tak Abah gunakan. Padahal Abah termasuk kalangan terpelajar di desanya.

Ketidakmampuan dalam quality control ini akhirnya membuat warga desa dirundung derita. Bahkan setelah Trio menduduki tampuk kekuasaan di desanya, dan dia banyak tak menepati janji-janji kampanyenya, Abah tetap membisu seribu bahasa.

Tatkala Herman dipukulin tiga orang tak dikenal pun mereka terkesan tak mau pasang badan. Justru meminta Herman untuk sabar. Malang nian nasib Herman mengikuti tokoh yang dianggapnya paham segalanya tapi ternyata memiliki quality control yang buruk untuk mempercayai orang.

Dan orang-orang seperti ini banyak di sekitar kita. Orangnya baik, tapi sayang memiliki quality control yang buruk. Ia mudah percaya dengan orang dan mengajak orang lain untuk berada di barisan mereka.

Memang orang yang kita hormati itu baik, tapi apakah mereka mengikuti orang yang baik? Jika quality control-nya buruk dalam mempercayai orang, saya yakin mereka akan tergelincir untuk mengikuti orang-orang buta. Lebih parah lagi jika tergelincir untuk mengikuti jalan sesat dan menyesatkan. Berkaca dari peristiwa Abah Selamat, tentu saja ia telah berlaku sesat dan menyesatkan banyak warganya.

Makanya mari kita hati-hati mengikuti orang. Orang baik tapi tak menggunakan logikanya sering menjadi tumbal para keparat di sini.


About Yopi Makdori

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.