Grenthink Views

Amnesia Historis Rakyat Inggris


Ilustrasi: Pixabay.com


Muhammad Iskandar Syah

“Manusia melacurkan diri di Istana, namun tak demikian denganmu Sang Kesatria…
Tinggi menjulang menembus peradaban
Melawati waktu melawan pembenaran”—Bulan dan Kesatria-Superman Is Dead.

Pada bulan Maret lalu, Samuel Osborne menulis sebuah artikel dalam halaman The Independent. Tulisan tersebut berisi tentang dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh Inggris terhadap dunia. Osborne bukan tanpa alasan menulis hal tersebut, artikelnya itu merupakan tindak lanjut darinya atas klaim Dr. Shashi Tharoor yang menyatakan bahwa sistem pendidikan di Inggris telah gagal untuk menceritakan kisah sesungguhnya dari imperium tersebut [1]. Selain itu, tulisannya juga untuk merespons temuan data dari poling yang dilakukan oleh YouGov terkait pandangan rakyat Inggris terhadap imperiumnya.

Di dalam poling tersebut, YouGov mengungkapkan temuan bahwa 44% responden merasa bangga terhadap sejarah kolonialisme Inggris, dan 21% menyesalkan hal itu terjadi. Poling yang sama juga mengungkapkan bahwa 43% responden percaya bahwa Imperium Inggris adalah sesuatu yang baik, sementara 19% mengatakan itu buruk, dan 25% tidak keduanya [2].


Hal ini menurut Osborne merupakan fenomena “Historical Amnesia” yang menjangkiti masyarakat Inggris. Oleh karena itu, Osborne menulis artikel di The Independent untuk menyadarkan rakyat Inggris bahwa imperiumnya pernah melakukan dosa-dosa biadab.

Meskipun para pendukung imperium mengatakan bahwa Inggris membawa pembangunan ekonomi ke wilayah jajahannya, namun para pengkritiknya—termasuk Osborne, mengungkapkan bahwa penjajahan Inggris mengakibatkan kelaparan, pembantaian, dan kemiskinan di daerah kolonialnya. Berikut Osborne mengungkapkan dosa-dosa Imperium Inggris terhadap dunia:

  1. Kamp Konsentrasi Boer
Sepanjang Perang Boer Kedua (1899-1902), Inggris memasukan 107.000 orang Boer kedalam kemp konsentrasi—termasuk wanita dan anak-anak. Di dalam kemp tersebut orang-orang Boer banyak menderita kelaparan dan mengidap berbagai penyakit disebabkan oleh kelebihan kapasitas. Akibatnya, 27.927 orang Boer meninggal dalam kemp tersebut [3].

  1. Pembantaian Amritsar
Sebuah aksi demonstrasi damai dilakukan oleh penduduk Amritsar, India pada 13 April 1919. Aksi protes tersebut bertujuan untuk menentang pemerintahan kolonial Inggris di sana. Aksi tersebut direspons dengan sangat sadis oleh para tentara Gurkha dengan melakukan penembakan ke arah para demonstran. Di bawah komando Brigadir Reginald Dyer, tentara Gurkha terus diinstruksikan untuk tetap menembaki para demonstran sampai mereka membubarkan diri. Dalam waktu 10 menit penembakan, sejumlah 379 hingga 1.000 orang terbunuh, dan 1.100 lainnya luka-luka. Brigadir Dyer kemudian disanjung sebagai pahlawan oleh publik Inggris, kemudian ia diberikan uang sebesar £ 26.000 sebagai ungkapan terima kasih [4].

  1. Membagi India
Pada 1947, Cyril Radcliffe mendapatkan tugas untuk membuat garis batas antara India dan Pakistan. Efek garis yang dibuat Radcliffe yang berdasarkan agama membuat pemeluk Hindu di Pakistan dan Muslim di India terusir dari kampung halamannya. Akhirnya membuat konflik sectarian terjadi di sana dan diperkirakan satu juta orang terbunuh dalam konflik tersebut [5].

  1. Pemberontakan Mau Mau
Ribuan penduduk Kenya yang sudah berumur (saksi hidup) mengklaim bahwa pasukan Inggris menganiaya, memerkosa, dan menyiksa mereka pada saat peristiwa Pemberontakan Mau Mau (1951-1960). Pada saat itu, banyak dari orang-orang dari suku Kikuyu yang dimasukkan ke kemp konsentrasi milik Inggris—dijuluki kemp Gulag Inggris. Di dalam kemp tersebut banyak dari mereka yang disiksa, bahkan mengalami kekerasan seksual. Seorang sejarawan, David Anderson memperkirakan bahwa 20.000 orang telah meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara itu, Caroline Elkins percaya bawa angkanya mencapai 100.000 orang [6].

  1. Kelaparan di India
Antara 12 hingga 29 juta penduduk India meninggal karena kelaparan yang menimpa mereka saat wilayah itu di bawah kendali Imperium Inggris—saat jutaan ton gandum dari daerah tersebut di ekspor ke Inggris. Pada 1943, sekitar empat juta penduduk Bangla mati kelaparan tatkala Winston Churchill mengalihkan bahan makanan kepada tentara Inggris dan negara seperti Yunani saat bencana kelaparan sedang melanda penduduk Bengal.

Di tahun 1943, Churchill mengatakan sesuatu yang rasis terkait tanggapannya dalam melihat bencana kelaparan yang menimpa penduduk Bengal: “I hate Indians. They are a beastly people with a beastly religion. The famine was their own fault for breeding like rabbits [7].”

END NOTE







About Yopi Makdori

Diberdayakan oleh Blogger.