Ekonomi Politik Internasional

Begini “Moderat” Yang Dimaksud Sang Putra Mahkota




Ilustarasi: Pxfuel.com

Yopi Makdori

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)


Pangeran Salman sempat mengejutkan publik dunia saat ia mengatakan ingin menjadikan Saudi sebagai negara yang lebih "moderat" kepada harian Inggris, The Guardian pada Selasa, 24 Oktober 2017. Dalam wawancara tersebut, Ia (Mohammed bin Salman) juga mengungkapkan ambisinya untuk membangun megaproyek Neom City di Laut Merah bersama dengan Jordan dan Mesir. Menurutnya, untuk menyukseskan hal tersebut maka dibutuhkan stimulus dengan cara reformasi ekonomi dan sosial (econimic and social reform).

Saudi memang sudah sejak lama dikenal sebagai negara yang berdasarkan pada agama dalam menjalankan roda pemerintahannya. Negara ini juga dikenal sebagai negara yang berusaha untuk memurnikan ajaran Islam. Meskipun banyak tekanan, terutama dari komunitas "Barat" terkait penerapan hukum Islam yang dianggap mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi yang dijunjung Barat dan mereka yang ter-Barat-kan, namun demikian Saudi  bergeming dengan hal tersebut. Maka mendengar rencana Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk melakukan reformasi Islam di negaranya bukan hanya direspons positif oleh Barat, namun hal ini juga disambut baik oleh sebagian orang Indonesia yang ingin melihat negara itu lebih moderat.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada sebuah pertanyaan yang mesti kita pecahkan terlebih dahulu, yakini apa itu Islam moderat? Apakah makna Islam moderat yang dimaksud Barat dan mereka yang terbaratkan? Hal ini penting kiranya untuk dijawab supaya tidak ada miskonsepsi terkait Islam moderat di dalam tulisan ini (penulis belajar dari pengalaman karena kerap kali diskusi berujung pada debat kusir dikarenakan tidak dibuat konsepsi yang jelas tentang topik diskusi). Islam moderat pada dasarnya merupakan lawan dari Islam radikal. 

Term Islam moderat merupakan istilah yang dikonstruksikan oleh Barat yang tidak mempunyai padanan dalam frasa Arab modern. Term ini, digunakan oleh Barat untuk merefleksikan asumsi kehendak mereka bahwa harus ada sekelompok muslim yang berbeda dengan saudara muslim lainnya yang kerap diklaim "radikal". Jacob Thomas menggunakan istilah tersebut (Islam moderat) untuk mendeskripsikan mereka yang berpaham non-Islamis dan atau Slafis, seperti mereka yang reformis, sekuler, dan modernis [1]. 

Pendapat populer tentang Islam moderat ialah Islam yang tidak mendukung, berpartisipasi, dan membantu tindakan-tindakan terorisme [2]. Maka jika menggunakan definisi populer tersebut, hampir seluruh muslim di dunia ini adalah seorang moderat. Karena tentu saja ajaran Islam itu sendiri menentang tindakan terorisme.

Tawfik Hamid, seorang pemikir reformis Islam dan juga penulis buku "Jihad: Understanding and Confronting Radical Islam", mengatakan di dalam sebuah simposium yang diselenggarakan oleh FrontPage bahwa pendapat Spancer--Robert Spencer, seorang cendikiawan terkait sejarah Islam, teologi, dan hukum, sekaligus direktur dari Jihad Watch--terkait Islam moderat itu tidak ada, ia merespons bahwa pendapat Spencer akan tepat jika definisi Islam berdasarkan pada tafsir dan hadis yang sudah menjadi rujukan seluruh umat Islam di dunia [3]. Artinya, Hamid mengatakan bahwa jika muslim di seluruh dunia ini berpegang teguh pada tafsir dan hadis dari para ulama terdahulu maka Islam moderat tidak akan pernah ada, seperti yang dikatakan oleh Spencer.


Menurut mereka Islam moderat ialah Islam yang sesuai dengan kebutuhan zaman, Islam yang mengadopsi nilai-nilai Barat, Islam yang jauh dari ajaran ulama-ulama terdahulu. Islam moderat adalah Islam yang menurut merekah tercerahkan (civilized)karena bisa berasimilasi dengan nilai-nilai Barat--kalau tak mau dibilang terkooptasi. Tentu saja Islam moderat beroposisi dengan Islam radikal, radikal yang dimaksud di sini ialah mereka yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang terdapat di dalam Al Quran maupun hadis Nabi.

Maka, dari sedikit penjelasan mengenai konsepsi Islam moderat di atas dapat saya tarik kesimpulan bahwa Islam moderat yang dimaksud oleh Barat mempunyai karakteristik sebagai berikut:

- Menafsirkan Al Qur'an sesuai kemauan dan perkembangan zaman;
- Meninggalkan nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW;
- Berkepribadian dan pemikiran yang bebas seperti Barat;
- Memperdebatkan hukum yang sudah ditetapkan di Al Qur'an maupun hadis;
- Tidak menerapkan Islam di dalam politik-pemerintahan;
- Sekularisme.

Lalu apakah moderat yang dimaksud pangeran Saudi itu sepemahaman dengan moderat yang dimaksud oleh Barat? Moderat yang melarang poligami, menghilangkan hukuman mati, menghilangkan penerapan hukum Islam dan pemilihan kepala negara dan pemerintahan secara demokratis? 

Tentu saja jauh dari itu, moderat yang dimaksud oleh sang pangeran adalah mega proyek pembangunan ekonomi untuk mengeluarkan Saudi dari ketergantungan pemasukan negara dari minyak bumi,membungkam suara-suara kritis, dan menjerujibesikan mereka yang kontra terhadap rezim Saud. Visi pembangunan ekonomi jangka panjang Arab Saudi (Vision 2030) merupakan Islam moderat yang dimaksud Pangeran Salman.

Sebuah proyek pariwisata yang akan dibangun di Laut Merah oleh kerajaan ini merupakan manifestasi moderat yang pangeran maksud. Arab Saudi memang telah mengumumkan bahwa akan dibangun sebuah objek wisata mewah di daerah Laut Merah yang menempati area seluas 180 km. Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar $ 2 juta dolar. Zona wisata ini akan berstatus sebagai daerah semi-otonom yang menurut otoritas kerajaan Saudi bahwa daerah tersebut tidak harus tunduk pada undang-undang Saudi yang diterapkan pada daerah lain. Namun demikian, belum ada rincian bagaimana daerah ini difungsikan dalam spektrum hukum [4].

Namun, gelagat Kerajaan Saudi sudah terbaca, mereka hanya akan menerapkan Islam yang moderat di daerah ini saja, sedangkan secara keseluruhan Saudi akan tetap menjadi Saudi yang sekarang.

Tentu saja kita sebagai muslim harus menolak moderat yang dikonstruksikan oleh Barat tersebut. Mereka menggunakan jubah moderat hanya untuk menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai Islam dalam kehidupan mereka. Islam moderat hanya alibi dari Barat supaya kita sebagai Muslim meninggalkan ajaran Islam. Jika moderat yang dimaksud Barat tersebut diimplementasikan oleh kita sebagai muslim, maka Islam hanya sebagai simbol belaka tanpa ada rasa dan makna.

REFERENSI

[1] Jacob Thomas. "Moderate Muslims & Moderate Islam". Diakses melalui http://www.answering-islam.org/authors/thomas/moderate_islam.html, pada 8/11/2017

[2] What is a "Moderate" Muslim; Is there a "Moderate Islam?. Diakses melalui https://sites.google.com/site/islamicthreatsimplified/moderate-muslim, pada 8/11/2017

[3] In search of…moderate Islam. Diakses melalui https://www.jihadwatch.org/2010/05/in-search-ofmoderate-islam, pada 8/11/2017

[4] Bethan McKernan. "Saudi Arabia to turn 50 Red Sea islands into luxury tourism resorts 'not subject to conservative kingdom’s rules'". Diakses melalui http://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/saudi-arabia-red-sea-islands-luxury-tourism-resorts-holiday-no-conservative-kingdom-rules-egypt-a7873301.html, pada 8/11/2017.

About Yopi Makdori

Diberdayakan oleh Blogger.