Ekonomi Politik Internasional

Ego Manusia: Kekuasaan Amat Melenakan

Ilustrasi: Pxfuel.com


Pecah belah menjadi cara paling efektif untuk menghancurkan kekuatan musuh. Setidaknya cara seperti inilah yang kerap ditampakkan oleh bangsa penjajah saat hendak menguasai tanah jajahannya. Adalah Sultan Hafashi, Abu Abdullah Muhammad V, seorang penguasa di Tunisia pada abad ke-16 M. Ia sempat dikenal sebagai seorang sultan yang menjembatani hubungan Tunisia dengan Kekhilafahan Utsmani di zamannya.

Kontribusi nyata yang berhasil ditorehkan Abu Abdullah ialah mengizinkan wilayahnya digunakan oleh basis militer dari pasukan Uruj Barbarossa dan Khairuddin Barbarossa, dua bersaudara yang mewakili angkatan laut Utsmani di Laut Tengah. Mereka diberikan wilayah di Jarbah atau Djerba, sebuah pulau dengan luas berkisar  514 kilometer persegi di utara Tunisia.

Namun bukan tanpa syarat pasukan Uruj dan Khairuddin menempati pulau yang langsung berhadapan dengan Eropa itu. Tugas mereka di sana tentu saja menghalau pasukan Portugis dan Spanyol di Laut Tengah. Memang, jika kita beranjak ke zaman itu pertempuran batin antara dunia Islam dan Barat tengah panas-panasnya. Dendam kesumat antara kedua belah pihak bak api yang tengah membakar kayu kering.

Setiap kali Uruj dan Khairuddin memenangkan pertempuran melawan pihak Spanyol atau Portugis, maka satu per lima harta rampasan perangnya akan diberikan kepada Abu Abdullah di sana. Kedua bersaudara itu begitu lihai dalam melakukan peperangan di laut. Pantas saja armada laut dari Barat sering kocar-kacir jika berhadapan dengan keduanya. Dari sana, sosok dan nama kedua bersaudara tersebut begitu ditakuti. Nah mungkin dari sana pulalah nama “Barbarossa” kerap dicitrakan oleh Barat sebagai nama bajak laut yang kejam dan menakutkan. Padahal fakta sejarah tak demikian, keduanya justru membela harkat dan martabat umat Islam.

Kembali ke Abu Abdullah, di kemudian hari hubungan antara Utsmani dengan Abu Abdullah tak begitu baik. Padahal Utsmani hendak memasukkan Tunisa ke dalam wilayah kekhilafahan Islam di bawah subkoordinasi Istambul. Namun rasa takut muncul dari hati Abu Abdullah, ia amat mencintai kekuasaannya dibanding agamanya.

Hal itu tampak dari penarikan dukungannya kepada Uruj dan Khairuddin saat hendak kembali menyerbu Spanyol. Dikisahkan oleh Rachmad Abdullah dalam “Yavuz Salim: Sultan Pendiri Khilafah Utsmani (2020)”, hati Abu Abdullah mulai khawatir terhadap pengaruh dua bersaudara itu jika menang melawan Spanyol untuk kesekian kalinya. Di tambah lagi memang “penjajah” menanamkan keresahan di hati Abu Abdullah. Mereka memprovokasi penguasa Tunisia itu dengan ketakutan yang tak beralasan.

Abu Abdullah dihasut untuk takut bahwa jika pertempuran kali ini dua bersaudara itu berhasil memenangkannya, maka mereka akan mendapatkan simpati dari Istambul dan rakyat Tunisia. Sehingga nantinya dikhawatirkan legitimasi Abud Abdullah sebagai penguasa akan digantikan oleh dua bersaudara Barbarossa itu.

Bahkan dalam beberapa riwayat, Khairuddin mengatakan, mereka para penguasa di sana telah bersekutu dengan bangsa Eropa lantaran kecintaannya dengan kekuasaan yang tak sadar telah melenakan mereka.

Para raja dan penguasa Tunisia maupun Tilmisan telah bersekutu dengan kufur Spanyol karena kecintaannya terhadap kekuasaan. Mereka berani menentang kami secara rahasia maupun terang-terangan. Mereka punya anggapan bahwa kami akan segera merebut kekuasaan dari mereka begitu kami punya kesempatan...,” sebut Khairuddin sebagaimana dikutip dari “Yavuz Salim: Sultan Pendiri Khilafah Utsmani (2020)”.

Padahal dua Barbarossa namanya abadi dikenang sebagai seorang manusia yang jauh dari sikap tamak akan kuasa. Dalam satu riwayat, Khairuddin menyatakan, “Ketika kami mengarungi lautan dari timur Laut Mediterania ke arah baratnya, kami turun di Tunisa lantas kami membuat kesepakatan bersama Sultan-nya, Al Hafashi. Demi Allah, dia yang menjadi saksinya bahwa kami bukanlah kaum yang tamak terhadap kekuasaan di kerajaannya dan tidak pula rakus terhadap harta kekayaannya. Seandainya kami menginginkan itu semua, kesempatan yang besar terhampar di depan kami untuk memutuskan (meraih kekuasaan dan kekayaan). Akan tetapi kami tidak melakukannya,” tutur Khairuddin.

Dari sini jelas terungkap bahwa Sultan Hafashi atau Abu Abdullah amat paham jika kedua bersaudara itu tak tamak akan kuasa, namun kecintaannya akan kekuasaan membuat mereka buta mata hatinya. Rasionalitas mereka seakan lumpuh dan memilih mengikuti hasutan rasa takut tak berdasar yang diembuskan oleh kaum penjajah.

Rachmad Abdullah bahkan menyebut alasan yang digunakan oleh penguasa Tilmisan dan Tunisa menentang Uruj dan Khairuddin bukan karena ikatan Islam, namun lebih karena tidak ingin ada pengaruh Utsmani hadir di Afrika Utara.

Sultan Hafashi bukan hanya menarik dukungan kepada dua Barbarossa, lebih jauh lagi dia menggunakan pengaruhnya untuk menyebarkan fitnah dan kekacauan serta memprovokasi rakyat Aljazair untuk melakukan pemberontakan terhadap Khairuddin. Tak ada pilihan lain, dua saudara muslim yang awalnya saling berkongsi, pada tahun 1520 M Khairuddin terpaksa melakukan serangan terhadap Tunisia. Berhasillah cara-cara pecah belah yang digalakkan penjajah demi menguasai dunia Islam.

Tak disangka, Sultan Hafashi ternyata justru lebih memilih berada di ketiak Spanyol dengan beraliansi bersama mereka demi menahan serangan Khairuddin. Semua itu ia lakukan guna menuruti rasa takut akan kehilangan kekuasaan yang berhasil ditanamkan oleh kaum penjajah Spanyol.

Saya sendiri begitu banyak memetik hikmah dari tragedi sejarah yang terjadi berabad-abad silam itu. Bagaimana ego dan kecintaan manusia akan kekuasaan membuat akal dan pikirannya lumpuh. Mereka mudah termakan provokasi kendati narasi provokasi itu tak sejalan dengan fakta.

Kita lihat bagaimana sebetulnya Sultan Hafashi telah paham jika dua bersaudara itu tak pernah haus kekuasaan. Namun karena terus dihasut oleh Spanyol, Sultan Hafashi akhirnya tunduk juga dan menganggap Uruj dan Khairuddin sebagai pihak yang mengancam eksistensi kekuasaannya. Maka berhati-hatilah akan kecintaan terhadap dunia, ia begitu melenakan sehingga memutus urat syaraf kerasionalan manusia.

About Yopi Makdori

1 komentar:

  1. How To Play 777 Casino Site – Lucky Club
    777 Casino Site – Login. 777 Casino. 777 Casino is a website that has been luckyclub operating since 2004 and was registered under a different name. It is

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.