Ilustrasi: Picryl.com
Schactman
dikenal sebagai penyebar paham Trotsky di AS. Ia merupakan pendiri organisasi
Marxist-Leninist yang anti-Stalin di AS yang bernama Independent Socialist
League (1948). Selang beberapa tahun—tepatnya 10 tahun, organisasi ini
bergabung dengan Partai Sosialis. Di partai ini, Schactman dan para pengikutnya
dengan gencar menyuarakan persamaan hak-hak sipil bagi warga AS. Ia banyak mempengaruhi
gerakan-gerakan sosialis di AS dan mendapatkan dukungan dari kelompok sayap
kiri di Partai Demokrat. Model penyebaran ideologi semacam inilah yang
menjadikan Trotskyisme dan neokonservatif memiliki persamaan kuat.
Menurut
Michael Lind, gagasan Trotsky masuk ke AS dan menjadi rujukan neokonservatif
ialah melalui pemikiran politik Schactman (1904-1972) yang berpendapat bahwa AS
telah didominasi oleh masyarakat kelas baru pasca brojuis. Lind melihat konsep
neokonservatif terkait revolusi demokrasi global berasal dari visi revolusi
permanen Trotsky dalam Fourth
International. Ia juga menjelaskan bahwa organisasi serta ideologi gerakan
neokonservatif berasal dari liberal kiri. Bekas neokonseratif ini menarik
sebuah garis ideologis neokonservatif dari anti komunis kiri tengah Congress for Culture Freedom (1950) lalu
menuju Project for New American Century
(1997) dan menambahkan bahwa model demokrasi sosial Eropa menginspirasi
terbentuknya institusi neokons, The
National Endowment for Democracy (1983).
Banyak
pentolan neokonservatif seperti Kristol, Nathan Glazer, Sidney Hook, dan Albert
Wohlstetter adalah anggota atau dekat dengan trotskyist left pada akhir 1930-an dan awal 1940-an. Mereka tergabung
dalam sebuah kelompok intelektual bernama The
New York Intellectuals. Neokons lain seperti Penn Kemble, Joshua
Mauravchik, dan Carl Gershman terlibat
dalam barisan kelompok Sosial Demokratyang dibentuk oleh para pendukung Schactman
yang muncul melalui Partai Sosialis tatkala Schactman masih menjadi figur
pemimpin di dekade 1970-an. Sedangkan neokons seperti, Kirkpatrick, Wolfiwitz,
dan Richar Perle merupakan para Shachtmanist
di masa mudanya.
Mereka
yang muncul melalui trotskyist dan gerakan sosialis memandang kebijakan luar
negeri merupakan sebuah perang suci bagi mereka. Tujuan utamanya adalah
sosialisme global, lalu demokrasi sosialis, dan akhirnya kapitalisme
demokratis. Mereka tidak pernah melihat kebijakan luar negeri sebagai
kepentingan nasional maupun balance of
power.
Berakar
dari pemikiran Strauss dan Trotsky, neokonservatif merumuskan pahamnya dalam sebuah
identitas yang dikenal dengan nama “Wilsonian
Idealists” identitas ini merupakan sebuah identitas yang dilekatkan pada
mereka yang percaya bahwa kebijakan luar negeri AS semestinya diarahkan untuk
mempromosikan nilai-nilai ideal Amerika. Maka untuk melakukan hal tersebut, ada
dua model Wilsonian yang digunakan. Pertama, soft wilsonians, yang meyakini organisasi multilateral, seperti PBB
merupakan alat untuk mempromosikan nilai-nilai ideal Amerika sehingga hukum
internasional merupkan instrumen yang penting. Kedua, hard wilsonians, yang mendudukan hard power sebagai alat utama dalam mempromosikan nilai-nilai Amerika.
Boot
dan Stlezer (2004) memandang
neokonservatif lebih mempercayai hard wilsonians dengan menempatkan keyakinan
pada sebuah kekuatan besar yang cenderung hard power untuk mencapai tujuan
wilsonian idealists. Dengan kata lain, neokonservatif percaya bahwa AS seharusnya
menggunakan serangan militer (hard powers)
jika diperlukan untuk mencapai kepentingannya dalam menyebarkan nilai-nilai
ideal Amerika. Ini tidak hanya untuk persoalan kemanusiaan, melainkan juga
sebagai langkah untuk menyebarkan demokrasi liberal demi meningkatkan dan
menjaga keamanan dunia.