Human Security

Ternyata Yaman Bukanlah Saudara Kita


Ilustrasi: Wikimedia.org

Muhammad Iskandar Syah

Harus berapa banyak lagi rakyat Yaman yang mesti dibantai sampai mata kita terbuka? Saat ini, rakyat Yaman terus menerus dihujani berbagai penderitaan ulah Saudi dan koalisinya. Saya tidak akan menyebutkan angka-angka statistik di sini, karena saya fikir percuma. Menurut saya pukulan dari angka tidak lebih besar dari pukulan yang dihujamkan ke hati kita oleh gambar dan rekaman video. 

Namun meskipun telah banyak foto dan video-video yang bertebaran di internet yang menggambarkan penderitaan rakyat Yaman, ternyata kita masih tetap bergeming. Kita seakan bisu, sakaligus tuli dan buta khusus untuk Yaman. Kita diam seribu bahasa tatkala pesawat-pesawat pengebom Saudi dan aliansinya memporak-porandakan Yaman. Aksi mereka menimbulkan bencana kemanusiaan yang sangat parah.

Pesawat pengebom Saudi menyasar objek-objek vital yang itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka tatkala objek-objek tersebut rusak dan akhirnya tidak berfungsi, rakyat Yaman mesti menanggung bencana kemanusiaan yang begitu dahsyat. Mereka terjangkit kolera yang begitu parah, mereka sulit untuk berobat dikarenakan banyak rumah sakit di sana yang dihancurkan oleh pesawat pengebom Saudi.

Mimpi buruk itu diperparah lagi dengan blokade yang dilakukan oleh pasukan koalisi Saudi terhadap negara itu. Bantuan kemanusiaan yang mestinya bisa mengakses daerah konflik untuk membantu warga sipil, namun dalam kasus Yaman mereka terpaksa tidak bisa membantu korban perang di sana. Hal ini jelas begitu mematikan bagai rakyat Yaman. Di saat konflik tengah berkecamuk di negara itu, yang berdampak pada kemandekan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas produksi dan pertanian, rakyat Yaman justru disiksa dengan kelaparan dan penyakit dikarenakan blokade tersebut. Bantuan yang mengangkut bahan pangan, sandang dan obat-obatan terpaksa tertahan dan tidak bisa didistribusikan ke rakyat Yaman.

Hal tersebut sama saja menciptakan neraka bagi rakyat Yaman di negaranya sendiri. Bagaimana tidak, objek vital mereka rusak, aktivitas produksi terhenti--termasuk produksi makanan, pertanian dan pakaian, ditambah lagi sanitasi yang buruk karena rusaknya sumber air mereka yang berujung pada malapetaka wabah kolera, sedangkan sumber bantuan yang merupakan satu-satunya harapan untuk meringankan beban mereka dilarang oleh pasukan koalisi. Hal ini jelas cara sekelompok (mengaku) manusia untuk menciptakan neraka di dunia. Tak ada julukan lain bagi mereka yang melakukan hal tersebut selain kata "biadab".

Lebih mengherankan Arab Saudi dan Yaman merupakan tetangga, keduanya sama-sama "Islam". Namun Saudi dengan biadab membantai rakyat Yaman yang merupakan saudara mereka dalam keimanan. Demikian juga dengan yang terjadi di Indonesia, umat Islam di negeri ini diam membisu dengan apa yang dilakukan oleh Saudi. Mereka masih berasumsi bahwa berita yang menyudutkan Saudi dalam konflik Yaman ulah dari Barat yang ingin menggembosi kerajaan tersebut.

Namun apakah kita lupa bahwa berita dari media-media tersebut juga menyudutkan Amerika dan Inggris selaku pemasok utama persenjataan Saudi untuk membantai warga Yaman? Kita pasti marah ketika saudara-saudara kita dibantai dengan sangat biadab oleh Israel, kita pun marah saat rezim Myanmar mendalangi pembantaian muslim Rohingya, namun mengapa kita tuli, kita bisu, dan kita buta dengan apa yang dilakukan oleh Saudi terhadap saudara-saudara kita? Atau jangan-jangan kita masih berfikir bahwa Saudi merupakan patron kebenaran bagi umat Islam? Ataukah kita yang sudah tidak menganggap lagi bahwa rakyat Yaman itu saudara seiman kita?.


Ilustrasi:Wikimedia.org

Saya kerap kali menemukan slogan yang berbunyi, "Tak perlu menjadi seorang muslim untuk membela Palestina, cukup kau menjadi manusia!" dan slogan yang mempunyai makna sejenis lainnya. Namun mengapa kita tidak menggunakan slogan tersebut kepada rakyat Yaman? Mengapa kita marah saat Israel membombardir Palestina, saat tentara Myanmar membantai muslim Rohingya, saat pasukan Amerika dan sekutu NATO-nya menyerang Iraq, namun kita diam, diam membisu saat Saudi menciptakan neraka bagi rakyat Yaman? 

Mana slogan "cukup menjadi manusia" untuk membela mereka yang tertindas? Atau jangan-jangan kita telah menganggap rakyat Yaman sebagai binatang? Bahkan aktivis pembela hak binatang pun akan lebih keras mengutuk Saudi jikalau Saudi melakukan hal tersebut terhadap binatang, dari pada aktivis Islam yang mengutuk Israel dan Amerika namun diam terhadap Saudi.

About Yopi Makdori

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.